Dalam
bahasa setempat, menhir disebut sebagai watu tumotowa, yaitu batu tegak
yang dipakai untuk menandai pembangunan sebuah desa atau wilayah dari
sekumpulan anggota masyarakat atau komunitas di suatu daerah di
Minahasa. Menhir di sini biasanya berupa batu tegak berbentuk tugu.
Kebanyakan menhir di daerah ini tidak mengalami pengerjaan tangan
manusia, sehingga berbentuk sederhana sesuai dengan aslinya (alamiah)
dan tidak berhiasan. Watu tumotowa atau menhir yang ditemukan di
Minahasa kebanyakan berukuran kecil yaitu : tinggi 20 - 50 cm, diameter
15 - 30 cm. Namun, ada pula menhir yang cukup besar yaitu ditemukan di
Desa Lelema di Kecamatan Tumpaan, yang berukuran tinggi sekitar 200 cm
dan lebar antara 20 -40 cm. Menhir atau yang dikenal dengan sebutan watu
tumotowa di Minahasa ini ditemukan sejumlah 61 buah.
Watu
Tumotowa atau menhir ditemukan di beberapa tempat di Minahasa, yaitu di
Desa Kiawa di Kecamatan Kawangkoan; di Desa Tincep dan desa Leilem di
Kecamatan Sonder; di Desa Motoling, Kumelembual, Mopolo, megalithuan
Lama, Wakan, Raanan lama, Lompad, dan Makasili di Kecamatan Motoling.
Watu Tumotowa juga ditemukan di Desa Lelema, Popontolen, Sulu, Paslaten,
Popareng, dan Desa Tangkuney di Kecamatan Tumpaan; di Desa Rumoong
Bawah, Pondang, Pondos, dan Tewasen di Kecamatan Tombasian, serta di
Desa Radey, Tenga, dan Pakuweru di Kecamatan Tenga. Selain itu di
Kecamatan Ratahan, yaitu di Desa Liwutung dan Poniki, lalu di Desa
Tinoor dan Kayawu di Kecamatan Tomohon, serta di Kecamatan Tondaro telah
ditemukan beberapa menhir yang disebut sebagai watu tumotowa tersebut.
Demikian pula halnya di Kodya Manado yaitu di situs batu Sumanti di
Tikala Ares di Kecamatan Wenang, juga ditemukan adanya watu tumotowa.
0 comments:
Posting Komentar